Tikus

 

Kau bilang tikus rakus

tapi setelah kutanyakan kepadanya mengapa,

“Aku takut kelaparan lalu mati dan anak istriku ikut-ikutan mati,” katanya

aku mengangguk lantas pergi meninggalkannya

 

Kau bilang tikus kotor

tapi setelah kutanyakan kepadanya mengapa,

“Hidupku di sepanjang parit kota ini, di mana limbah pabrik, kotoran manusia beserta sumpah serapahnya berkumpul,” cetusnya

aku mengernyit lantas berlalu darinya

 

Kau juga bilang tikus cerdik. Katamu, kucing bahkan anjing sekalipun hanya tersenyum sambil mengunyah remahan roti yang dilemparkan kepada mereka

tapi setelah kucecar kepadanya bagaimana bisa,

“Perut mereka lapar. Remahan roti itu bisa membuat mereka mendengkur semalaman.”

aku menelan ludah lantas menjauh darinya

 

Tapi Kau juga pernah bercerita, tikus-tikus itu berkomplotan

di sudut-sudut kota, di antara berkas-berkas kertas, dan di atas-atas kursi-meja

lalu seperti biasa aku lalui lorong-lorong gelap kota ini untuk mencari pendar rembulan kirana

beberapa hari setelahnya, kutemui fotomu dan para tikus itu di sudut-sudut kolom koran harian,

“Komplotan Pencuri Roti Kota Ini Ditangkap Polisi!”

 

 

 

0 Komentar

Posting Komentar

Post a Comment (0)

Lebih baru Lebih lama