Pekat menyeruak di antara secarik kertas yang kusut
sejak itu
selaksa rupa silih berganti menyapa
hitam, merah, dan
lazuardi
laksana pelangi
mereka berpadu
yang tak kan
sempurna tanpa awan
Barisan nyiur menari
di tepian pasir
sementara perahu
kayu tertambat di gugusan karang
keringat dan
tetesan darah
serta segurat
senyuman
Dari jendela kamar
kulayangkan sebait kata
yang isinya
adalah namamu
juga angan-angan
mungil kita
yang bersembunyi
di balik perutmu
Pancuran air dari
bambu kulihat mengering
di antara dua
sungai yang airnya dangkal
kudatangi
sembari bercermin
seraya
kupaksakan seuntai harapan
Aku masih
menatap senja
berusaha tertawa
segera aku
bangkit
berdiri tegak
dan menaruh hormat
ketika kubuka
kembali secarik kertas
lalu kubuka
dengan jemariku: “TANAH AIR MEMANGGIL”
إرسال تعليق